Showing posts with label Washington DC. Show all posts
Showing posts with label Washington DC. Show all posts

Thursday, June 13, 2013

Washington DC dan sekitarnya

Homesick, mungkin itulah perasaan yang paling tepat saya rasakan saat ini. Mungkin ini semacam "winter blues" meskipun udara musim dingin di Brisbane tidak terlalu dingin. Winter disini, siangnya masih bisa pake sandal jepit dan baju-baju musim panas, karena udara relatif hangat di seputaran 18C, dan cukup menambah jaket ketika matahari beranjak ke dunia belahan satunya.

Homesick kali ini adalah tentang Washington DC, kota pertama yang saya tempati setelah menikah. Beberapa hari ini, kepala saya mulai membayangkan jalan-jalan di dekat apartemen kami dulu, jalanan yang rapi dengan pohon berjejer di pinggir jalan serta warna-warninya ketika memasuki musim gugur. Derak ranting-ranting kering di hutan kecil di belakang rumah yang dilalui rusa berlarian, serta seekor kelinci kecil yang berdiri di jalan setapak menuju kolam renang yang hanya terlihat pada musim semi dan musim gugur.

Serta ibu-ibu rempong sahabat tersayang, tempat berbagi cerita apa saja di sela-sela acara kumpul-kumpul dan makan-makan yang kami adakan di tempat bergantian. Kumpul-kumpul yang seringkali berasa natal atau lebaran, karena kami merasa seperti saudara sendiri, meskipun latar belakang kami berbeda-beda.

Homesick ini semakin bertambah, ketika salah seorang diantaranya menanyakan informasi jalan-jalan di sekitar Washington DC. Sambil mengetik jawaban di "Whatsapp" mau tak mau saya kembali ke "memory lane" lengkap dengan gambarnya berputar di kepala serasa menonton video :)

Baiklah, bagi yang akan jalan-jalan  ke Washington DC, informasi berikut ini mungkin berguna:



DS Photography
Washington Monument pada musim semi


National Mall dan seputarnya
Kalau kata "Mall" membawa kita ke pusat perbelanjaan besar di Jakarta, tidak demikian halnya   dengan National Mall di DC. Tempat ini lebih mirip alun-alun besar yang dihuni berbagai tempat menarik. Di satu ujung sisinya adalah "the Capitol" yang merupakan tempat bekerja anggota kongres dan senat di Amerika dan tak kalah menarik, dibelakangnya terdapat "Library of Congress" bangunan yg terinspirasi gaya gothic ini merupakan perpustakaan terbesar yang menyimpan begitu banyak koleksi. Disini pengunjung bisa mengikuti walking tour yang diberikan secara gratis dan kita bisa mendapat informasi seputar pembangunan perpustakaan ini. Library of Congress juga memuat penghargaan kepada tokoh-tokoh yang berkontribusi kepada ilmu pengetahuan termasuk kebudayaan Islam yang berjaya di abad pertengahan menjadi jembatan pengetahuan, sehingga tulisan "Islam" tertulis di kubah Library of Congress.

Di kiri dan kanan National Mall berjejer "Smithsonian Museums" 11 dari 19 museumnya berada di National Mall. Dua museum yang menjadi favorit saya adalah National Air and Space Museum dan Museum of American Indian. Di museum yang pertama saya menyaksikan berbagai macam benda yang dipergunakan dalam mengarungi antariksa termasuk kendaraan yang digunakan Neil Amstrong menjelajah bulan, sementara di museum yg kedua, saya belajar banyak mengenai tata cara kehidupan masyarakat Indian, dan tak lupa di lantai dasar terdapat restoran yang menyajikan makanan lezat ala penduduk asli Amerika.

Di tengahnya terdapat "Washington Monumen" yang berdiri menjulang ke angkasa, monumen yang dibangun untuk mengenang presiden pertama Amerika Jenderal George Washington, tak jauh dari monumen itu di seputar tidal basin yang di penuhi bunga sakura yang mekar di musim semi terdapat "Jefferson Memorial" untuk mengenang presiden Thomas Jefferson. Dari sini pengunjung juga bisa menuju " White House" tempat kediaman presiden Amerika.

Di ujung satunya, terdapat Lincoln Memorial, monumen yang memuat patung raksasa Presiden Lincoln yang sedang duduk dengan wajah pemikirnya. Tempat ini sering digunakan sebagai tempat malakukan orasi, Marthin Luther King yang monumennya baru saja dibangun tak jauh dari tempat ini pernah berorasi disini serta Hervey Milk, tokoh politisi pertama di Amerika yang secara terbuka mengaku sebagai gay.

Di taman-taman menuju Lincoln Memorial terdapat makam-makam tentara yang gugur dalam Perang Dunia dan perang Vietnam.

Seorang kenalan saya, perempuan asal Philipina mengatakan, ketika ia rindu akan kampung halamannya maka ia akan pergi ke Lincoln Memorial sambil memandang "reflecting pool" yang merefleksikan Washington Monumen. Tempat itu menjadi "sanctuary" baginya untuk mengobati kerinduan akan negara asal.

Rock Creek Park dan National Zoo
Rock Creek Park dengan beach roadnya yang mempesona dibelah oleh sungai kecil, tempat ini bisa di akses dari Cleveland Park Metro maupun Woodley-zoo park metro, taman ini asik buat tempat piknik maupun sekedar berjalan kaki maupun jogging, salah satu treknya melewati bagian belakang kebun binatang "National Zoo" yang menjadi rumah bagi berbagai macam hewan salah satunya adalah macan tutul Jawa. Penghuni lainnya adalah keluarga panda, beruang merah, orang utan, simpanse serta seekor kuda Nil yang tak berhenti mengejar bola di kolam buatan dekat kandangnya.

United States Botanical Garden

Botanical Garden yang berupa bangunan ini, memuat koleksi tanaman, letaknya tak terlalu jauh dari the Capitol serta tempat saya dulu bekerja. Kunjungan ke tempat ini tak boleh di lewatkan terutama kalau sedang berada di DC pada musim semi.

Historical "George Town"
Tak terhitung berapa kali saya mengunjungi tempat ini, dan belum pernah merasa bosan. Dengan bangunan warna-warni berderet yang dipenuhi toko-toko fashion serta restoran termasuk DC Cupcake yang terkenal itu, tempat ini cocok buat pejalan kaki. Di belakang jalan utamanya terdapat kanal yang dulu digunakan sebagai mode transportasi utama di wilayah ini. George Town juga merupakan rumah bagi George Town university dengan bangunan lama serta towernya yang indah menjulang terlihat dari George Washington Memorial Parkway.

Dupont Circle dan Adams Morgan
Dupont Circle dengan embassy row-nya yang juga menjadi rumah bagi Wisma Indonesia, kedutaan Indonesia di Amerika. Tempat yang juga menjadi tempat nongkrong di kafe dan restoran bersama teman-teman dan merupakan gay capital-nya DC. Adams Morgan tidak terlalu jauh jaraknya dari sini. Adams Morgan memiliki berbagai etnik restoran serta pub-pub yang ramai didatangi anak muda dan metro selalu kosong meninggalkan stasiun ini pada akhir pekan.

Kalau waktunya memungkinkan, ada baiknya pengunjung menyewa kendaraan dan melanjutkan perjalanan ke Gettysburg untuk melihat sejarah perang sipil di Amerika, Mount Vernon yang menjadi kediaman presiden George Washington di tepi sungai Potomac serta Monticello yang menjadi kediaman presiden Thomas Jefferson tentunya sambil piknik di taman rumput yang ada disana.





Sunday, March 11, 2012

Semua yang (akan) dirindukan di Washington DC

Setelah melalui proses yang panjang, kami memutuskan untuk melanjutkan petualangan (sedikit terdengar hiperbola) di negara lain. Dari awal kami sadar ada banyak perbedaan selain perbedaan karakter sebagai individu tentunya. Sadar akan ini, kami memutuskan untuk tinggal di tempat baru dengan bahasa yang dapat dimengerti, dengan harapan ini akan memudahkan kami untuk melanjutkan pilihan, minat dan segala sesuatu yang ingin ditekuni.

Ya, semuanya dimulai dari awal lagi. Terkadang, rasanya seperti menulis di buku baru, tetapi tidak semuanya baru tentunya, pengalaman dan memori mengenai hari-hari yang telah dilalui tidak bisa dihapus begitu saja, melekat, membaur, membentur dan menciptakan keseimbangan baru, bagai siklus yang tak pernah berhenti.

Dengan waktu tinggal yang singkat, banyak pengalaman yang tercipta, mengunjungi berbagai tempat, mencoba memahami apa yang dilihat, bertemu teman-teman baru, menciptakan persahabatan di negeri asing, terpapar dengan hal-hal baru dan tentunya mendapat pemahaman yang baru mengenai berbagai hal yang terasa asing sebelumnya.

"Saya akan merindukan berkendara di jalan ini," kata saya pada P yang sedang menyetir. Clara Barton Parkway yang menghubungkan Capital Beltway-495 dengan ibukota Washington DC. Dari arah kami tinggal jalur I-270 di Montgomary County akan tersambung ke I-495 dan keluar pada Exit 40 menuju jalan tersebut, melewati jalan di seputar hutan dan perbukitan disamping sungai Potomac menuju Georgetown. Jalan tersebut merupakan bagian dari George Washington Memorial Parkway yang sebagian besarnya berada di wilayah Virginia, di seberang sungai Potomac. Tak jarang, kami berhenti di beberapa titik untuk sekedar melihat pemandangan alam yang indah di lembah Potomac maupun gedung-gedung tua yang menjulang di perbukitan Georgetown. Maupun bersantai di tepi sungai Potomac pada Minggu petang membawa buku, minuman dan sandwich untuk sekedar menikmati alam.

Georgetown, yang merupakan kota historis yang didirikan tahun 1751 (usianya tentu lebih lama dari Nyonya Meneer yang berdiri sejak tahu 1919 itu ;) merupakan tempat jalan, belanja yang asik, selain menjadi tuan rumah bagi berbagai toko pakaian terkenal, juga tempat asal Georgetown Cupcake yang terkenal, yang sampai saat ini saya belum pernah mencobanya karena malas berdiri di antrian. George town juga memiliki banyak restoran dengan berbagai pilihan dan yang lebih menyenangkan sebagian besar bangunan disana tetap mempertahankan keasliannya termasuk beberapa rumah/ bangunan di sepanjang kanal yang dulu merupakan jalur transportasi utama di kawasan tersebut. Disana juga terletak kedutaan Swedia yang wajib kami kunjungi ketika ada program-program budaya, demi orang Swedia yang ada di rumah kami ;)

Menyusuri Wisconsin Avenue ke arah barat daya Georgetown, tepatnya di 1560 Wisconsin Avenue, terdapat Dolcezza Gelato yang menggugah selera. Gelato dari bahasa Italia yang berarti es krim, yang dijual di sini terasa berbeda, tidak hanya lebih segar karena dibuat sendiri tetapi bahan-bahannya juga memakai produk lokal. Jadi kalau saat berkunjung yang musim buah peach maka akan ada gelato peach, jika saat itu musim berry maka berbagai rasa berry juga akan tersedia. Dolcezza lainnya yang lebih dekat dari tempat tinggal kami terletak di Bethesda.

Bethesda, kota kecil dipinggiran DC cukup sering menjadi tempat nongkrong karena dua hal. Pertama, Penang restoran yang maknyus dan bersuasana Asia serta menjual makanan yang sesuai dengan lidah Melayu. Dari roti canai-nya yang krispi, nasi lemak/ uduk hingga rendang dan laksa. Biasanya kami singgah di tempat ini sebelum maupun sesudah menonton film di teater kesayangan "Bethesda Row Cinema".

Bethesda Row Cinema terasa sangat spesial bagi kami, pecinta film-film independent dari mana saja. Lewat teaternya yang berada di bawah tanah, kami menyaksikan film-film menarik dan bermakna. Dari "Milk" yang dibintangi Sean Penn tahun 2008 yang bercerita mengenai perjuangan kaum gay di San Francisco, The White Ribbon yang menceritakan pergulatan di sebuah desa kecil di Jerman menjelang Perang Dunia-2, (500) Days of Summer yang bercerita tentang dinamika hubungan dua anak muda, The Secret In Their Eyes, film asal Argentina yang memenangkan Oscar 2010, serta Incendies yang menceritakan dua anak kembar yang menyelusuri tanah leluhur mereka di Timur Tengah untuk menguak rahasia masa lalu keluarga. Bethesda Row Cinema menjadi tempat nongkrong nyaris 2-3 kali setiap bulan. Film-film (terutama independen) yang diputar disini sangat berkesan. Alurnya jarang bisa di tebak, bahasanya sederhana, dan setelah selesai menonton, topiknya selalu memicu diskusi yang lebih dalam. Tak jarang penonton yang mayoritas berusia lima puluh tahun keatas, duduk sejenak sekedar bertepuk tangan atau duduk terdiam, berusaha meresap apa yang baru saja mereka saksikan. Dan pada kebanyakan berkesempatan kami berdua terasa sangat muda diantara mereka yang duduk di teater tersebut. Disini juga saya mendapat tips bagi teman-teman yang lajang, terinspirasi dari seorang wanita paruh baya yang duduk di satu kursi dan menaruh tasnya di kursi sebelah, ketika seorang perempuan lain bertanya apakah tempat itu kosong, iya menjawab tidak. Lalu setelah beberapa perempuan lainnya, datanglah seorang lelaki paruh baya yang bertanya hal yang sama, iya segera mengangkat tas-nya dan memberi lelaki itu tempat duduk. Trik yang cerdas! Hahaha!

Salah satu tempat yang paling berkesan lainnya adalah Eastern Market. Yang letaknya tidak jauh dari tempat kerja  di pusat kota DC. Pasar tua yang terletak di 7th street ini merupakan tempat nongkrong wajib di pagi hari tiga kali dalam seminggu. Di samping pasar ini terletak kolam renang kesayangan saya dan mbak Y atau oleh Not-Not teman kami namanya dipanjangkan menjadi MYSarkozy. Hmmm...terdengar pas juga! Pertama kali bertemu ketika ikut rapat hari pertama di kantor, lalu ternyata meja kita bersebelahan. Saya yang sebelumnya tidak pernah bekerja di media/ creative agensi terus terang gagap menjalani pekerjaan yang baru, menyadur berita terasa lebih alami dibanding merekam suara, mencampur dan menimpa dengan suara asal serta proses menyunting, yang membuat keringat dingin bercucuran, apalagi ketika tenggat waktu produksi semakin mendekat. Dengan tenang, cekatan, sabar, tulus, si Mbak telah menjadi guru yang sangat diandalkan di minggu-minggu pertama bekerja. Lalu tercetus ide, berolahraga bareng, ternyata kita sama-sama turunan "ikan pesut" istilah seorang teman bagi pecinta renang. Maka kolam renang Robert H Humprey di Eastern Market menjadi pilihan utama untuk berenang di pagi hari sebelum ke kantor. Berenang yang diawali dari lima, sepuluh hingga akhirnya rata-rata 20-25 laps, bukan karena kami terlalu berdedikasi tetapi karena malas meladeni obrolan opa-opa yang suka sekali mengajak ngobrol. Hingga akhirnya begitu Opa tiba, maka kami terus berenang tak berhenti...hohoho! Maafkan ya Opa!

Kalau dipikir-pikir, persahabatan kami terasa sangat alami,  kebanyakan waktu dihabiskan bersama baik di tempat kerja, sebelum jam kerja, dan terkadang setelah jam kerja kami masih sempat window shopping di seputar Metro Center maupun makan malam di Dupont Circle, tetapi semuanya berjalan mulus, tak ada friksi sedikitpun, dan masih tersisa ruang bagi teman-teman lain untuk berinteraksi. Termasuk Ngeteh sore-sore di kantor dan bercuap-cuap seputar pekerjaan di web. Dan yang lebih parah, sebagai sama-sama food lovers, maka setiap hari ada saja makanan untuk berbagi dan menjadi alasan supaya "mesut" lebih lama lagi keesokan harinya, yeah! Ritual renang dilanjutkan dengan ngupi, ngeteh, ngobrol di Marvelous Cafe membuat kegiatan rutin menjadi terasa lebih menyenangkan. Diselingi candaan segar terhadap rekan-rekan lainnya di dekat cubicle kita, dari MC terbaik di dunia dengan dandanan terbaik, siapa yang akan membuang abu salah seorang editor kita ke Potomac, termasuk gule daun ubi tumbuk dan ikan sale yang digantung ala Mandailing dan bahasa-bahasa ala Medan yang lama tak terdengar di telinga, serta menemani Not-not membeli makan siang sambil bercerita ini-itu.



Dupont Circle, yang menjadi tempat nongkrong, Raku dimana mas-masnya yang baik hati suka memberi kejutan, tempat nongkrong bersama sahabat-sahabat tersayang, Pizzeria Paradisso yang renyah dan konon menjadi tempat makan pizza favorit Obama, Sakana dengan Agedashi Tofu yang maknyus serta tak lupa Teaism yang merupakan kesukaan gurunya, nya-refer to P. Makan malam bersama pada Rabu malam setelah selesai kelas Bahasa di kedutaan selalu menyenangkan. Tentunya karena nongkrong bersama orang-orang yang unik dan maaf "sedikit" gila.

Acara makan-makan bersama ibu-ibu sesekali dipindah ke Dupont Circle. Sebagian besar acara ini diadakan dari rumah ke rumah. Beberapa tahun disini tak terasa kami memiliki keluarga baru, disertai hadirnya ponakan-ponakan baru. Pindah ke tempat yang sama sekali baru bisa membawa rasa sepi apalagi ketika keluarga dan sahabat kita tinggal berjauhan. Dan menjalin persahabatan setelah kita beranjak dewasa rasanya tidak semudah dimasa-masa sebelumnya. Ada yang berdasarkan chemistry, alias pertama kali ngobrol langsung nyambung dan banyak yang menjadi sahabat setelah berkenalan selama beberapa waktu. Demikian halnya ketika saya bertemu sahabat pertama yang dikenalkan oleh teman kami. Tak terasa tiga jam berlalu pada sebuah siang musim dingin dan masih banyak yang ingin kami bicarakan, sementara hari mulai beranjak sore dan si masnya sudah datang menjemput. Ya sejak saat itu, acara nongkrong, memasak, window shopping,  menjadi lebih menyenangkan, terlebih kegiatan yang terakhir. Kami sama-sama mengeluh pergi berbelanja terutama pakaian dengan suami tidak seseru bila pergi bersama sahabat perempuan. Ya wajar saja, mereka tak betah lama-lama di toko pakaian sementara kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam mencoba ini-itu dan (kebanyakan waktu) tak membeli satupun :). Persahabatan kami meluas dan terus meluas dengan hadirnya keluarga-keluarga baru dan disemarakkan dengan acara makan-makan. Sebagian besar acara ini diadakan dari rumah ke rumah. Beberapa tahun disini tak terasa kami memiliki keluarga baru, disertai hadirnya ponakan-ponakan baru.Acara makan biasanya diselingi dengan cerita-cerita terbaru mengenai apa saja, budaya, perjalanan, resep makanan, musik, bahkan agama. Ketika berkumpul, rasanya nyaris seperti "pulang kampung", duduk bersama, ada saja cerita, yang terus mengalir dan rasanya tak ingin beranjak "kalau tak ingat besok hari harus bekerja". Persahabatan kadang sedikit aneh, ada orang yang kita jumpai setiap hari tetapi belum tentu mereka langsung dekat di hati kita, dan ada "mereka" yang kita jumpai di tempat yang jauh bahkan asing, tetapi kita merasa telah saling kenal dalam waktu lama. Ya, seperti kata P, "chemistry", ada misteri di dalamnya.