Setelah melalui proses yang panjang, kami memutuskan untuk melanjutkan petualangan (sedikit terdengar hiperbola) di negara lain. Dari awal kami sadar ada banyak perbedaan selain perbedaan karakter sebagai individu tentunya. Sadar akan ini, kami memutuskan untuk tinggal di tempat baru dengan bahasa yang dapat dimengerti, dengan harapan ini akan memudahkan kami untuk melanjutkan pilihan, minat dan segala sesuatu yang ingin ditekuni.
Ya, semuanya dimulai dari awal lagi. Terkadang, rasanya seperti menulis di buku baru, tetapi tidak semuanya baru tentunya, pengalaman dan memori mengenai hari-hari yang telah dilalui tidak bisa dihapus begitu saja, melekat, membaur, membentur dan menciptakan keseimbangan baru, bagai siklus yang tak pernah berhenti.
Dengan waktu tinggal yang singkat, banyak pengalaman yang tercipta, mengunjungi berbagai tempat, mencoba memahami apa yang dilihat, bertemu teman-teman baru, menciptakan persahabatan di negeri asing, terpapar dengan hal-hal baru dan tentunya mendapat pemahaman yang baru mengenai berbagai hal yang terasa asing sebelumnya.
"Saya akan merindukan berkendara di jalan ini," kata saya pada P yang sedang menyetir. Clara Barton Parkway yang menghubungkan Capital Beltway-495 dengan ibukota Washington DC. Dari arah kami tinggal jalur I-270 di Montgomary County akan tersambung ke I-495 dan keluar pada Exit 40 menuju jalan tersebut, melewati jalan di seputar hutan dan perbukitan disamping sungai Potomac menuju Georgetown. Jalan tersebut merupakan bagian dari George Washington Memorial Parkway yang sebagian besarnya berada di wilayah Virginia, di seberang sungai Potomac. Tak jarang, kami berhenti di beberapa titik untuk sekedar melihat pemandangan alam yang indah di lembah Potomac maupun gedung-gedung tua yang menjulang di perbukitan Georgetown. Maupun bersantai di tepi sungai Potomac pada Minggu petang membawa buku, minuman dan sandwich untuk sekedar menikmati alam.
Georgetown, yang merupakan kota historis yang didirikan tahun 1751 (usianya tentu lebih lama dari Nyonya Meneer yang berdiri sejak tahu 1919 itu ;) merupakan tempat jalan, belanja yang asik, selain menjadi tuan rumah bagi berbagai toko pakaian terkenal, juga tempat asal Georgetown Cupcake yang terkenal, yang sampai saat ini saya belum pernah mencobanya karena malas berdiri di antrian. George town juga memiliki banyak restoran dengan berbagai pilihan dan yang lebih menyenangkan sebagian besar bangunan disana tetap mempertahankan keasliannya termasuk beberapa rumah/ bangunan di sepanjang kanal yang dulu merupakan jalur transportasi utama di kawasan tersebut. Disana juga terletak kedutaan Swedia yang wajib kami kunjungi ketika ada program-program budaya, demi orang Swedia yang ada di rumah kami ;)
Menyusuri Wisconsin Avenue ke arah barat daya Georgetown, tepatnya di 1560 Wisconsin Avenue, terdapat Dolcezza Gelato yang menggugah selera. Gelato dari bahasa Italia yang berarti es krim, yang dijual di sini terasa berbeda, tidak hanya lebih segar karena dibuat sendiri tetapi bahan-bahannya juga memakai produk lokal. Jadi kalau saat berkunjung yang musim buah peach maka akan ada gelato peach, jika saat itu musim berry maka berbagai rasa berry juga akan tersedia. Dolcezza lainnya yang lebih dekat dari tempat tinggal kami terletak di Bethesda.
Bethesda, kota kecil dipinggiran DC cukup sering menjadi tempat nongkrong karena dua hal. Pertama, Penang restoran yang maknyus dan bersuasana Asia serta menjual makanan yang sesuai dengan lidah Melayu. Dari roti canai-nya yang krispi, nasi lemak/ uduk hingga rendang dan laksa. Biasanya kami singgah di tempat ini sebelum maupun sesudah menonton film di teater kesayangan "Bethesda Row Cinema".
Bethesda Row Cinema terasa sangat spesial bagi kami, pecinta film-film independent dari mana saja. Lewat teaternya yang berada di bawah tanah, kami menyaksikan film-film menarik dan bermakna. Dari "Milk" yang dibintangi Sean Penn tahun 2008 yang bercerita mengenai perjuangan kaum gay di San Francisco, The White Ribbon yang menceritakan pergulatan di sebuah desa kecil di Jerman menjelang Perang Dunia-2, (500) Days of Summer yang bercerita tentang dinamika hubungan dua anak muda, The Secret In Their Eyes, film asal Argentina yang memenangkan Oscar 2010, serta Incendies yang menceritakan dua anak kembar yang menyelusuri tanah leluhur mereka di Timur Tengah untuk menguak rahasia masa lalu keluarga. Bethesda Row Cinema menjadi tempat nongkrong nyaris 2-3 kali setiap bulan. Film-film (terutama independen) yang diputar disini sangat berkesan. Alurnya jarang bisa di tebak, bahasanya sederhana, dan setelah selesai menonton, topiknya selalu memicu diskusi yang lebih dalam. Tak jarang penonton yang mayoritas berusia lima puluh tahun keatas, duduk sejenak sekedar bertepuk tangan atau duduk terdiam, berusaha meresap apa yang baru saja mereka saksikan. Dan pada kebanyakan berkesempatan kami berdua terasa sangat muda diantara mereka yang duduk di teater tersebut. Disini juga saya mendapat tips bagi teman-teman yang lajang, terinspirasi dari seorang wanita paruh baya yang duduk di satu kursi dan menaruh tasnya di kursi sebelah, ketika seorang perempuan lain bertanya apakah tempat itu kosong, iya menjawab tidak. Lalu setelah beberapa perempuan lainnya, datanglah seorang lelaki paruh baya yang bertanya hal yang sama, iya segera mengangkat tas-nya dan memberi lelaki itu tempat duduk. Trik yang cerdas! Hahaha!
Salah satu tempat yang paling berkesan lainnya adalah Eastern Market. Yang letaknya tidak jauh dari tempat kerja di pusat kota DC. Pasar tua yang terletak di 7th street ini merupakan tempat nongkrong wajib di pagi hari tiga kali dalam seminggu. Di samping pasar ini terletak kolam renang kesayangan saya dan mbak Y atau oleh Not-Not teman kami namanya dipanjangkan menjadi MYSarkozy. Hmmm...terdengar pas juga! Pertama kali bertemu ketika ikut rapat hari pertama di kantor, lalu ternyata meja kita bersebelahan. Saya yang sebelumnya tidak pernah bekerja di media/ creative agensi terus terang gagap menjalani pekerjaan yang baru, menyadur berita terasa lebih alami dibanding merekam suara, mencampur dan menimpa dengan suara asal serta proses menyunting, yang membuat keringat dingin bercucuran, apalagi ketika tenggat waktu produksi semakin mendekat. Dengan tenang, cekatan, sabar, tulus, si Mbak telah menjadi guru yang sangat diandalkan di minggu-minggu pertama bekerja. Lalu tercetus ide, berolahraga bareng, ternyata kita sama-sama turunan "ikan pesut" istilah seorang teman bagi pecinta renang. Maka kolam renang Robert H Humprey di Eastern Market menjadi pilihan utama untuk berenang di pagi hari sebelum ke kantor. Berenang yang diawali dari lima, sepuluh hingga akhirnya rata-rata 20-25 laps, bukan karena kami terlalu berdedikasi tetapi karena malas meladeni obrolan opa-opa yang suka sekali mengajak ngobrol. Hingga akhirnya begitu Opa tiba, maka kami terus berenang tak berhenti...hohoho! Maafkan ya Opa!
Kalau dipikir-pikir, persahabatan kami terasa sangat alami, kebanyakan waktu dihabiskan bersama baik di tempat kerja, sebelum jam kerja, dan terkadang setelah jam kerja kami masih sempat window shopping di seputar Metro Center maupun makan malam di Dupont Circle, tetapi semuanya berjalan mulus, tak ada friksi sedikitpun, dan masih tersisa ruang bagi teman-teman lain untuk berinteraksi. Termasuk Ngeteh sore-sore di kantor dan bercuap-cuap seputar pekerjaan di web. Dan yang lebih parah, sebagai sama-sama food lovers, maka setiap hari ada saja makanan untuk berbagi dan menjadi alasan supaya "mesut" lebih lama lagi keesokan harinya, yeah! Ritual renang dilanjutkan dengan ngupi, ngeteh, ngobrol di Marvelous Cafe membuat kegiatan rutin menjadi terasa lebih menyenangkan. Diselingi candaan segar terhadap rekan-rekan lainnya di dekat cubicle kita, dari MC terbaik di dunia dengan dandanan terbaik, siapa yang akan membuang abu salah seorang editor kita ke Potomac, termasuk gule daun ubi tumbuk dan ikan sale yang digantung ala Mandailing dan bahasa-bahasa ala Medan yang lama tak terdengar di telinga, serta menemani Not-not membeli makan siang sambil bercerita ini-itu.
Dupont Circle, yang menjadi tempat nongkrong, Raku dimana mas-masnya yang baik hati suka memberi kejutan, tempat nongkrong bersama sahabat-sahabat tersayang, Pizzeria Paradisso yang renyah dan konon menjadi tempat makan pizza favorit Obama, Sakana dengan Agedashi Tofu yang maknyus serta tak lupa Teaism yang merupakan kesukaan gurunya, nya-refer to P. Makan malam bersama pada Rabu malam setelah selesai kelas Bahasa di kedutaan selalu menyenangkan. Tentunya karena nongkrong bersama orang-orang yang unik dan maaf "sedikit" gila.
Acara makan-makan bersama ibu-ibu sesekali dipindah ke Dupont Circle. Sebagian besar acara ini diadakan dari rumah ke rumah. Beberapa tahun disini tak terasa kami memiliki keluarga baru, disertai hadirnya ponakan-ponakan baru. Pindah ke tempat yang sama sekali baru bisa membawa rasa sepi apalagi ketika keluarga dan sahabat kita tinggal berjauhan. Dan menjalin persahabatan setelah kita beranjak dewasa rasanya tidak semudah dimasa-masa sebelumnya. Ada yang berdasarkan chemistry, alias pertama kali ngobrol langsung nyambung dan banyak yang menjadi sahabat setelah berkenalan selama beberapa waktu. Demikian halnya ketika saya bertemu sahabat pertama yang dikenalkan oleh teman kami. Tak terasa tiga jam berlalu pada sebuah siang musim dingin dan masih banyak yang ingin kami bicarakan, sementara hari mulai beranjak sore dan si masnya sudah datang menjemput. Ya sejak saat itu, acara nongkrong, memasak, window shopping, menjadi lebih menyenangkan, terlebih kegiatan yang terakhir. Kami sama-sama mengeluh pergi berbelanja terutama pakaian dengan suami tidak seseru bila pergi bersama sahabat perempuan. Ya wajar saja, mereka tak betah lama-lama di toko pakaian sementara kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam mencoba ini-itu dan (kebanyakan waktu) tak membeli satupun :). Persahabatan kami meluas dan terus meluas dengan hadirnya keluarga-keluarga baru dan disemarakkan dengan acara makan-makan. Sebagian besar acara ini diadakan dari rumah ke rumah. Beberapa tahun
disini tak terasa kami memiliki keluarga baru, disertai hadirnya
ponakan-ponakan baru.Acara makan biasanya diselingi dengan cerita-cerita terbaru mengenai apa saja, budaya, perjalanan, resep makanan, musik, bahkan agama. Ketika berkumpul, rasanya nyaris seperti "pulang kampung", duduk bersama, ada saja cerita, yang terus mengalir dan rasanya tak ingin beranjak "kalau tak ingat besok hari harus bekerja". Persahabatan kadang sedikit aneh, ada orang yang kita jumpai setiap hari tetapi belum tentu mereka langsung dekat di hati kita, dan ada "mereka" yang kita jumpai di tempat yang jauh bahkan asing, tetapi kita merasa telah saling kenal dalam waktu lama. Ya, seperti kata P, "chemistry", ada misteri di dalamnya.
No comments:
Post a Comment
Anda menunjukkan perhatian dan kasih sayang dengan memberi komentar di bawah ini: