Awalnya, kami sudah jatuh cinta dengan TPS di Gregory Terrace yang ditempati saat ini, lokasinya yang cukup sentral di Fortitude Valley dan P bisa berjalan kaki ke kantor serta kami bisa berjalan kaki ke pusat kota termasuk Queen Street dan China Town yang hanya berjarak 300m serta tersedianya kolam renang/ jacuzzi/gym yang terasa sangat menyenangkan. Hanya saja, Fortitude Valley adalah salah satu "party area" di Brisbane, di jalan yang kurang dari 500 meter terdapat 3-4 pubs yang memainkan musik yang berdentum keras di telinga terutama di akhir pekan.
The Story Bridge-Brisbane |
Sekedar catatan, ketika kami memutuskan berjalan kaki setelah mengikuti acara berbuka bersama dari kedutaan di Dupont Circle menuju stasiun Adam Morgan yang merupakan salah satu "party area di DC yang dipenuhi anak-anak muda gaul, mengamati betapa "excitingnya" anak-anak muda ini berdandan dan berseliweran di pubs-pubs disana, kami berdua paham, "gaul" bukan lagi salah satu prioritas saat ini. Bertahan sampai jam 12 malam saja rasanya sudah luar biasa, sesudah itu, tentunya tak sanggup menanggung pagi yang terasa seperti "jet lagged" yang berlangsung sedikitnya hingga dua hari setelah itu. Ya begadang jangan begadang, kata Bang Oma. Terutama kalau tak lagi punya "stamina".
Musisi memainkan musik "Irish" pada St Patrick Festival di Queen Street. |
Bus segera mengarah ke utara dan berhenti di terminal Brisbane Royal Hospital, terminal yang hanya terdiri dari dua jalur, dengan beberapa kursi kayu bagi penumpang dan layar yang menunjukkan nomor bus dan tujuannya. Terminal bus terlihat sangat bersih, nyaman dan moderen. Beberapa bus terus melaju ketika tak terlihat satu orangpun penumpang yang melambaikan tangan. Ya, terasa cukup lucu karena berdiri di halte saja tidak cukup untuk membuat bus berhenti, calon penumpang harus melambaikan tangan pada bus yang mendekat, sehingga supir menghentikan bus tersebut.
Apartemen yang pertama ini "penampakannya" cukup menjanjikan seperti yang terlihat di laman www.realestate.com.au maupun www.domains.com.au dengan kolam renang di tengah serta modelnya yang menyerupai cottage terlihat menjanjikan, tetapi setelah melihat langsung pencahayaan apartemen ini terasa kurang dan kolam renang yang ada di tengah kompleks sangat kecil tak seperi yang ada digambar.
Perjalanan pulang tak semulus perjalanan pergi, karena ingin sedikit bertualang, saya memutuskan menunggu bus dari jalan yang lain, dan tiba-tiba gerimis mulai melanda, dan bus yang ditunggu lewat padahal jalan pun belum disebrangi. Lumayan juga menunggu bus selanjutnya 20 menit lebih di tengah gerimis. Biasanya di waktu "rush hour" jam pp kerja, frekuensi bus lebih banyak dibanding waktu lainnya.
Pencarian apartemen terus dilanjutkan ditengah kondisi internet yang hidup/matinya hanya operator dan Tuhan saja yang tahu. Kadang nyala sehari penuh, kadang tak ada tandanya sama sekali dan rasanya sudah malas buat mengeluh ke manejer yang noatbene baru dan belum begitu handal menangani keluhan ini.
Akhirnya, weekend ini kami memutuskan menyewa mobil untuk melihat-lihat apartemen yang ingin kami amati lebih dekat. Kami berdua yakin, melihat langsung tempatnya, mengamati lingkungan sekitar dan merasa nyaman adalah salah satu kunci utama saat memutuskan yang mana yang akan di tempati.
Di Australia, seperti halnya di Indonesia, orang menyetir di sebelah kiri. Berbeda dengan Amerika dimana penumpang duduk di sebelah kanan. Dulu selalu ada saja kejadian lucu saat menjadi penumpang disana. Ketika akan bepergian saya selalu mengarah ke pintu depan kiri dan P suka bertanya," mau nyetir ya?" sambil nyengir tentunya. Dan itu tak terjadi sekali saja, ya, kadang susah mengubah kebiasaan yang sudah berlangsung cukup lama itu. Selama tinggal di sana, saya lebih memilih menjadi penumpang, karena malas mengurus learner permit. Mestinya bisa dengan memakai SIM Indonesia, tetapi berhubung SIM saya mati dan saat akan di perpanjang urusannya lumayan berbelit ditambah tak ingin menghabiskan waktu libur untuk mengurusnya, maka dengan sukses saya tak bisa menyetir baik ketika berlibur di kampung halaman maupun ketika tinggal di Rockville.
Saran saya, buat teman-teman yang ingin menyetir di luar, jangan lupa urus SIM internasional, di Ditlantas Jakarta MT Haryono, cukup dengan membawa fotokopi KTP/Paspor dan pas photo serta membayar 250 ribu dan meluangkan waktu 15 menit saja, sudah bisa mendapat SIM Internasional yang bisa digunakan selama beberapa bulan di negara lain, sehingga tetap bisa menyetir sambil menunggu keluarnya SIM baru.
Kembali ke urusan sewa mobil, dengan posisi menyetir di sebelah kiri, akhirnya diputuskan saya yang akan menyetir saudara-saudara! Duh! Deg! Dong! Rasanya....lumayan nano-nano, terutama setelah sukses menjadi penumpang selama bertahun-tahun dan tak pernah menyetir sejak hari pernikahan tahun 2007 silam, akhirnya saya akan kembali di belakang kemudi dan di tempat asing pula ;)
Setelah sukses mengalahkan rasa khawatir, rasa "excited" dan tentunya sambil mengatasi rasa canggung, pelan-pelan saya mengeluarkan mobil mini Hyundai Getz dari kandangnya di lantai dua parkiran. Ternyata jalan yang saya pilih macet dan satu-satunya pilihan adalah mundur ke tanjakan. "Bagaimana bisa??"...seumur-umur kalau mundur ya di jalan rata dong, mestinya sih bisa aja, tetapi rasa canggung benar-benar merajai, akhirnya P menawarkan bantuan dan mengembalikan si mungil ke jalur sebenarnya :)
Tentu saja, salah "exit" tadi bukan satu-satunya petualangan saya hari ini. 300 meter meninggalkan parkiran saya mulai paham bahwa jalan di depan saya mulai menanjak dan ujungnya tidak terlihat, sementara saya masih meraba-raba berusaha memulihkan kemampuan nyetir yang lama tertidur. Akhirnya sukses juga sampai di jalan utama, dan sambil mendengar GPS dan tentunya bantuan "navigator" yang duduk disamping, saya berpikir, ya ikutin saja bus yang di depan, yang sama-sama mengarah ke kiri. Bus berbelok ke kiri lalu mengambil jalur kanan, saya dengan sigap mengikutinya, tak lama saya sadar, ya ampun! Bus kan menuju terminal! Dan tak ada jalan lain, saya dengan senyum malu-malu mengekor di belakang bus (tentunya dengan pandangan aneh penumpang yang menunggu di terminal) dan begitu ada kesempatan saya segera menyerongkan si mungil ke kiri, keluar dari jalur bus secepatnya sebelum ada yang "ngepriiit" tentunya.
Kalaupun dihentikan, saya sudah pasrah, "maaf Pak," saya baru di kota ini dan belum paham jalan, untungnya manuver tadi berlangsung mulus dan perjalanan bisa dilanjutkan. Ternyata tanjakan yang pertama tadi belum seberapa dibandingkan dengan tanjakan-tanjakan sebelumnya. Tentu saja pada saat lampu merah, rasa grogi kembali menyerang, sambil ngedumel "duh kenapa sih mobil yang dibelakang deket banget?"!!!Ga tahu apa sini masih suka mundur kalo berhenti di tanjakan, dan puncaknya, setelah berhenti di salah satu tanjakan si mungil tak bergerak maju sama sekali dan malah...sedikit mundur@$@!@@ padahal gas sudah ditekan sedalam mungkin, sambil menarik napas dan merapal doa-doa, terdengar P berkata, ya kan giginya belum masuk...(saya hanya bisa !@@$%%#@!!!!) dan si mungil kembali melesat.
Akhirnya setelah menyetir nyaris setengah hari, tak terasa memegang kemudi tidak lagi menegangkan seperti beberapa jam sebelumnya, berhenti di tanjakan bukan lagi hal yang menakutkan dan si mungil melesat lebih mulus. Dan beberapa calon "BananaHouse" mulai terlihat. Di Amerika, "unfurnished" apartemen biasanya telah memiliki kompor gas/listrik dan lemari es serta fasilitas "laundry" baik internal maupun sharing, sehingga kita hanya perlu membeli perabotan, disini hanya satu yang pasti, di dapur tersedia kompor gas, terkadang dibarengi dengan dishing machine dan fasilitas "laundry" di beberapa tempat hanya kompor yang tersedia.
Setelah enam jam di jalan dan mengunjungi beberapa area dan berhasil melihat beberapa apartemen, bertanya-tanya pada brokernya serta orang yang tinggal disana dan membuat catatan kecil mengenai beberapa tempat yang menarik perhatian. Kami memutuskan perjalanan hari ini dicukupkan sampai disini, dan berharap tak lama lagi kami memiliki tempat sendiri. Tak lupa, thanks to P yang telah menjadi navigator handal dan sangat sabar hari ini.