Medan kota tempat tumbuh dan bersekolah mengalami banyak sekali perubahan belakangan ini. Perubahan yang dalam pandangan pribadi saya cenderung memprihatinkan.
Tetapi supaya "fair" dalam kunjungan singkat edisi mudik kemarin patut diapresiasi keberhasilan kota Medan mengurangi sampah di jalanan yang dulu begitu mengganggu dan saat ini sudut-sudut kota terlihat bebas sampah, juga pembangunan jalan seperti ringroad yang mengurang waktu tempuh cukup signifikan dalam berkendara.
Sementara masih banyak hal yang membutuhkan perhatian khusus, antara lain:
Lalu lintas semrawut
Tapi disisi lain, situasi lalu lintas semakin buruk, jalanan yang semrawut, pelanggaran lampu lalu lintas yang semakin luas, dan tidak tertibnya pengendara kendaraan bermotor, membuat kegiatan menyetir di Medan seperti pergi ke medan perang, tidak ada yang mau mengalah di perempatan jalan dan meskipun lampu hijau bukan berarti kendaraan bisa langsung bergerak. Terus terang menyetir di Medan tampaknya hanya bagi mereka yang punya nyali, yang mampu melalui perempatan dengan mencari celah dan menyorongkan mobil mengalahkan pengendara lainnya.
Ruko berdesakan
Pembangunan ruko yang semakin merajalela juga tampaknya mulai merusak keindahan kota. Nyaris semua sudut kota Medan dipenuhi ruko, tidak ada lagi halaman dan pepohonan, dan parahnya ruko ini dibangun hingga mendekati ruas jalan, atau berbatasan langsung ke trotoar. Kondisi ini membuat kota Medan terlihat semakin padat dan sumpek.
Papan reklame
Papan reklame tampaknya adalah ciri khas kota Medan lainnya, jika di kota-kota lain reklame masih dalam batas-batas yang pantas maka di Medan, begitu ada ruang kosong, maka sudah pasti akan segera diisi oleh papan reklame, yang memprihatinkan reklame-reklame ini terlihat sangat berantakan karena dari sisi ukuran dan posisi saling timpang tindih.
Trotoar tidak berfungsi
Trotoar seperti di Kesawan telah berubah menjadi lahan parkir (terutama sepeda motor) sehingga pejalan kaki mau tidak mau harus turun ke jalan yang dipadati kendaraan, sementara di kawasan seputar Mesjid Raya dan Yuki Simpang Raya, trotoar telah menjadi lahan berdirinya kafe-kafe tenda yang menjual berbagai makanan.
Minimnya taman
Dua puluh tahun yang lalu, tidak terlalu sulit bagi orang tua mengajak anak mereka jalan-jalan. Situasi yang sama yang saya jumpai saat ini ketika pergi ke negara-negara maju dimana taman-taman tersedia di sekitar perumahan dan anak-anak dengan mudah dapat bermain disana. Dulu cukup pergi ke Taman Sri Deli yang di depan Mesjid Raya, maka anak-anak dengan gembira akan memilih sendiri permainan mereka, baik ayunan, pelosotan maupun panjat-memanjat berbagai struktur yang disediakan disana. Dan tentunya kesempatan bertemu dan membangun pertemanan dengan anak-anak lain yang bermain disana. Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk pergi ke Mall. Cukup membawa tikar dan makanan seadanya atau membeli balon, rujak dan es krim. Namun "kemajuan" dua puluh tahun yang lalu tersebut tampaknya ditinggalkan oleh Kota Medan, dengan minimnya taman tentu tidak mudah bagi orang tua membawa anak mereka jalan-jalan dengan biaya murah.
Disela-sela waktu mudik yang sempit saya menyempatkan diri mengajak ponakan ke kolam renang di daerah Griya. Setelah masuk di dalamnya saya bisa menghitung berapa orang pribumi yang berenang disana dan kebanyakan adalah warga keturunan. Pandangan yang kontras misalnya dengan kolam renang umum dan taman di kota yang saya tinggali saat ini, dimana semua bisa berenang dengan gratis di kolam renang buatan menyerupai pantai yang dibangun di tengah kota. Kolam renang tersebut dikunjungi oleh siapa saja dengan berbagai warna kulit. Meski kolam renang berbayar tetap tersedia di beberapa "suburb", tetapi ada pilihan rekreasi yang murah, tersedia buat semua warga dan mudah dijangkau.
Sementara di kota asal saya pilihannya tentu pergi ke mall, ke kolam renang maupun ajang rekreasi seperti Mikki Holiday yang lumayan jauh serta harus mengeluarkan biaya.
Lalu pilihan apa yang tersedia bagi mereka yang tidak mampu menjangkau tempat-tempat mahal tersebut, atau pilihan apa yang tersedia bagi mereka yang sekedar ingin melepas penat, duduk di taman kota dan menjernihkan pikiran sebelum tenggelam kembali dalam kesibukan sehari-hari?
No comments:
Post a Comment
Anda menunjukkan perhatian dan kasih sayang dengan memberi komentar di bawah ini: