Sunday, November 14, 2010

Pesta yang tak biasa

Malam minggu yang lalu, saya bersama suami menghadiri pesta yang tak biasa. Ya, kita diundang oleh seorang teman untuk menghadiri pesta transisi. Mungkin banyak diantara kita yg awam dengan istilah ini. Sudah pasti pesta-pesta yang ada umumnya bertema pernikahan, ulang tahun, wisuda dsb. Tapi kali ini pesta tersebut jauh dari tema-tema yang umum diatas.



Masih kuat diingatan saya, pertama kali menghadiri pertemuan bulanan relawan tanggap darurat bencana di palang merah county tempat tinggal saya. Beragam sekali yg hadir disana, umumnya mereka yg telah berumur, kira-kira usia pensiunan atau mendekati pensiun dan beberapa yg lebih muda.

Lalu dipojokan sebelah kanan, seorang wanita duduk dengan anggun, dengan gaunnya berwarna merah muda lembut dan rambut sedikit bergelombang ke arah bahu ada yang tak biasa pada wanita tersebut. Dia sangat elegan dan terlihat lembut dengan senyumnya yang terlihat tulus.

Setelah pertemuan itu tak banyak yang saya ingat tentangnya, hingga pada akhir minggu saya mengajukan diri untuk meluangkan waktu untuk menjadi relawan kegiatan advokasi. Seperti biasa, koordinator relawan mengirimkan email ttg detail event yg diikuti serta menawarkan kepada mereka yg berminat dan memiliki waktu pada hari itu.


Tak berapa lama, sy menerima email yang mengabarkan bahwa saya akan berpasangan dengan Karen, dan ia juga menyertakan emailnya dalam email yg saya terima. Tak lama, saya menerima email dari teman relawan sy, dan kita membahas sedikit ttg persiapan untuk acara tsb. Tak lupa ia menanyakan no telepon saya untuk memudahkan kontak esok harinya.


Tak berapa lama, handphone saya berdering di ujung sana, nama Karen tertera di layarnya. Saat saya mendengar suara pria di seberang sana, saya sedikit bingung. Seraya menjawab saya cek lagi email saya untuk memastikan bahwa dia adalah yg akan bertugas bersama saya esok hari. Sejenak ingatan saya kembali ke pertemuan bulanan tsb.


Hari berikutnya, pagi-pagi sekali, Karen yg membawa Emergency Response Vehicle (ERV) telah berada di parkiran apartemen saya. Dan kami menuju tempat community fair diadakan. Menyenangkan sekali bekerja dengannya. Singkatnya sejak saat itu kami terasa seperti sahabat yg telah kenal lama. Terlepas dari jarak umur yg memisahkan kami serta transisi yang dialaminya, Karen bagi saya adalah teman yang baik, ia sangat lembut dan elegan dan saya makin sadar bahwa kebaikan dapat ditemui pada setiap orang terlepas dari apapun yang menjadi latar belakangnya.

Suatu hari Karen mengajak saya singgah di rumah ibunya dalam perjalanan kami ke organisasi palang merah. Dalam pengamatan saya, ibu yg telah pensiun tersebut masih menyisakan guratan kecantikan yg terlihat jelas. Di rumahnya terlihat beberapa boneka dan mainan anak-anak, hal ini mengingatkan saya akan ibu saya yg suka menjadi tempat penitipan gratis anak tetangga, terutama mereka yg ibunya bekerja. Ibunya Karen menawarkan kami makan siang, persis seperti ibu-ibu pada umumnya dan kami membantu ia memasang gorden di ruang yg kelihatan seperti ruang baca. Perkenalan dengan ibunya membuat saya merasa mengenal Karen lebih dalam.

Lalu, pesta tadi malam adalah pesta yang dilakukan Karen untuk merayakan transisinya dari seorang lelaki menjadi seorang wanita. Karen terlihat begitu anggun dan elegan dalam balutan gaun hitamnya, banyak sekali yg hadir di pesta itu, dari sesama temannya yg transgender, teman-teman kerjanya serta teman-teman relawan. Ah, saya jadi terharu membayangkan betapa tak mudahnya hidup yg dijalaninya selama lebih dari separuh abad belakangan ini. Saya dengan mudah menerima saya sebagai perempuan, berdandan seperti perempuan dan sesekali berbicara/ menulis ttg perempuan dan Karen harus bersembunyi dalam kungkungan badan yang dirasakannya berbeda dari siapa ia sebenarnya. Dan menyembunyikan apa yg ia rasakan sebagai dirinya sendiri.


Tetapi Karen beruntung, ia memiliki ibu yang bisa menerima keadaannya, dan saya terharu membaca surat dari sang Ibu, bagaimana ia belajar untuk menerima kondisi perubahan tersebut, bergabung dengan support group untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, Ia menuliskan bahwa apapun juga anaknya adalah orang yang sama yang ia cintai selama ini. Sama sepertinya ketika anda membaca buku cerita ttg cinta dan mengganti cover depannya dengan sesuatu yg berbeda, didalamnya buku tsb tetaplah cerita cinta. Ia menambahkan apa yg kita cari dalam hidup ini bukanlah penerimaan dari orang lain melainkan kasih sayang dan pengertian, dan ia telah mencintai Karen selama ini bukan karena ia harus tetapi justru ia mencintai karena perbedaan antara mereka. Di bagian akhir ia menulis, ia menyaksikan putranya berubah menjadi Karen, seorang wanita yang cantik, hal ini terasa seperti melihat seekor caterpillar berubah menjadi kupu-kupu yang cantik"

Ya, jalan masih panjang bagi Karen ke depan, tetapi ia beruntung memiliki support yang luar biasa tidak hanya dari ibunya tetapi juga dari teman-temannya, semoga saja transformasi ini membuat Karen lebih bahagia dalam menjalani hari-harinya. Bahagia, karena setelah penantian yang sangat lama, akhirnya ia bisa menjadi dirinya sendiri.

No comments:

Post a Comment

Anda menunjukkan perhatian dan kasih sayang dengan memberi komentar di bawah ini: