Sunday, August 19, 2012

Brugge Kotanya Orang Flemish

Kenangan ketika berkunjung ke Brugge 2009.

Brugge yang terletak di propinsi West Flander, Flemish Belgia ini adalah salah satu "world sites heritagenya UNESCO".


Kota tua ini dipenuhi bangunan medieval bergaya Gothic dengan ciri khasnya kisi-kisi jendela berwarna merah. Mengunjungi Brugge dan menikmati bangunan tuanya seperti kunjungan ke masa silam.

Kota tua Brugge dulunya adalah kota pelabuhan yang menghasilkan Kain "lace" dan aktif berdagang dengan pelabuhan lainnya baik yang ada di Perancis maupun Venesia. Kota pelabuhan ini sempat tertidur selama 400 tahun karena sungainya mengalami pendangkalan. Dan saat ini Brugge telah bangkit kembali dengan menjual pesona kota tuanya.

Disekitar city hall/ Market square Brugge ada arsitektur tiga jaman dari Gothic ke Barok dan Rennaissance. Fantasi saya terus bergerak ke masa lampau bagaimana jalan-jalan kota ini dipenuhi lumpur dan kereta kuda, Arc Bishop yang berjalan dari city hall ke gerejanya yang ada di sudut city hall serta kapal-kapal perdagangan yang hilir-mudik ke Brugge.

Kaki saya tertatih mengikuti teman yang mengantar saya ke Brugge, menginjakkan kaki di "Basilica of the holy blood" dimana ada relic darah sang Al Masih, wanita yang menjaganya melambaikan tangan kepada kami. Naik ke podium relic tersebut berwarna putih dengan bercak berwarna merah kecoklatan ditutupi tabung plastik. Dia meminta kami satu persatu memegang relic tersebut dan berdoa. 

Kami beruntung sekali pada hari itu, biasanya relic tersebut disimpan rapi di dalam bejana perak dan pada hari itu sedang di keluarkan. Teman saya yang katolik langsung membuat tanda salib dan berdoa dan saya menundukkan kepala sejenak mengheningkan cipta bagi sang Al Masih.

Kami berempat, saya, Yuki, Valo dan si kecil Leo-san terbuai oleh keindahan Brugge. Banyak kebijaksanaan masa lampau yg masih terlihat disini. Salah satunya adalah Beguinage "perkampunagn di tengah kampung" perumahan  disini khusus dibangun untuk para wanita dan janda yang kehilangan kepala keluarga pada masa perang salib. Wanita-wanita itu tinggal di tempat ini menjalani hidup yang mirip biarawati tetapi mereka bukan biarawati. Mereka berkelompok dan membuat kerajinan kain lace. Mereka dilindungi oleh pemerintah setempat dan dengan tinggal di tempat tersebut kesejahteraannya terjamin. Rumah-rumah ini masih terus ditinggali sampai sekarang. Betapa kearifan masa lampau masih bergema sampai saat ini.

Kaki kecil Leo san asik bermain-main di tengah lumpur, sepertinya benak kecilnya juga menikmati tempat ini, kami terus bergerak di lorong-lorong sempit Brugge. Keterangan didinding bangunan memperlihatkan bahwa tempat ini adalah spa dan rumah bordir. Saya tersenyum, bisnis satu ini tak mengalami perubahan berarti dari jaman ke jaman dan mungkin akan terus ada selama manusia ada.

Dari jaman dulu sampai sekarang kemasan rumah bordir tak jauh berbeda. Uniknya peradaban manusia, teknologi berkembang terus menerus dan saat yang sama kita terus memegang teguh nilai-nilai dan kebiasaan yang telah ada selama ribuan tahun

Ah kalau saja orang-orang ditempat asal saya mampu menghargai dan memelihara bangunan bersejarah, setidaknya satu jalan utama di kampung halaman saya akan terlihat seperti kota tua di Eropa.

No comments:

Post a Comment

Anda menunjukkan perhatian dan kasih sayang dengan memberi komentar di bawah ini: