Kenangan ketika berkunjung ke Brugge 2009.
Brugge yang terletak di propinsi West Flander, Flemish Belgia ini adalah salah satu "world sites heritagenya UNESCO".
Brugge yang terletak di propinsi West Flander, Flemish Belgia ini adalah salah satu "world sites heritagenya UNESCO".
Kota
tua ini dipenuhi bangunan medieval bergaya Gothic dengan ciri khasnya
kisi-kisi jendela berwarna merah. Mengunjungi Brugge dan menikmati
bangunan tuanya seperti kunjungan ke masa silam.
Kota
tua Brugge dulunya adalah kota pelabuhan yang menghasilkan Kain "lace"
dan aktif berdagang dengan pelabuhan lainnya baik yang ada di Perancis
maupun Venesia. Kota pelabuhan ini sempat tertidur selama 400 tahun
karena sungainya mengalami pendangkalan. Dan saat ini Brugge telah
bangkit kembali dengan menjual pesona kota tuanya.
Disekitar
city hall/ Market square Brugge ada arsitektur tiga jaman dari Gothic
ke Barok dan Rennaissance. Fantasi saya terus bergerak ke masa lampau
bagaimana jalan-jalan kota ini dipenuhi lumpur dan kereta kuda, Arc
Bishop yang berjalan dari city hall ke gerejanya yang ada di sudut city
hall serta kapal-kapal perdagangan yang hilir-mudik ke Brugge.
Kaki
saya tertatih mengikuti teman yang mengantar saya ke Brugge,
menginjakkan kaki di "Basilica of the holy blood" dimana ada relic darah
sang Al Masih, wanita yang menjaganya melambaikan tangan kepada kami.
Naik ke podium relic tersebut berwarna putih dengan bercak berwarna
merah kecoklatan ditutupi tabung plastik. Dia meminta kami satu persatu
memegang relic tersebut dan berdoa.
Kami
beruntung sekali pada hari itu, biasanya relic tersebut disimpan rapi di
dalam bejana perak dan pada hari itu sedang di keluarkan. Teman saya
yang katolik langsung membuat tanda salib dan berdoa dan saya
menundukkan kepala sejenak mengheningkan cipta bagi sang Al Masih.
Kami berempat, saya, Yuki, Valo dan si kecil Leo-san terbuai oleh keindahan Brugge. Banyak kebijaksanaan masa lampau yg masih terlihat disini. Salah satunya adalah Beguinage "perkampunagn di tengah kampung" perumahan disini khusus dibangun untuk para wanita dan janda yang kehilangan kepala keluarga pada masa perang salib. Wanita-wanita itu tinggal di tempat ini menjalani hidup yang mirip biarawati tetapi mereka bukan biarawati. Mereka berkelompok dan membuat kerajinan kain lace. Mereka dilindungi oleh pemerintah setempat dan dengan tinggal di tempat tersebut kesejahteraannya terjamin. Rumah-rumah ini masih terus ditinggali sampai sekarang. Betapa kearifan masa lampau masih bergema sampai saat ini.
Kaki
kecil Leo san asik bermain-main di tengah lumpur, sepertinya benak
kecilnya juga menikmati tempat ini, kami terus bergerak di lorong-lorong
sempit Brugge. Keterangan didinding bangunan memperlihatkan bahwa
tempat ini adalah spa dan rumah bordir. Saya tersenyum, bisnis satu ini
tak mengalami perubahan berarti dari jaman ke jaman dan mungkin akan
terus ada selama manusia ada.
Dari jaman dulu sampai sekarang kemasan rumah bordir tak jauh berbeda. Uniknya peradaban manusia, teknologi berkembang terus menerus dan saat yang sama kita terus memegang teguh nilai-nilai dan kebiasaan yang telah ada selama ribuan tahun
Dari jaman dulu sampai sekarang kemasan rumah bordir tak jauh berbeda. Uniknya peradaban manusia, teknologi berkembang terus menerus dan saat yang sama kita terus memegang teguh nilai-nilai dan kebiasaan yang telah ada selama ribuan tahun
Ah kalau saja orang-orang ditempat
asal saya mampu menghargai dan memelihara bangunan bersejarah, setidaknya satu jalan utama di kampung
halaman saya akan terlihat seperti kota tua di Eropa.
No comments:
Post a Comment
Anda menunjukkan perhatian dan kasih sayang dengan memberi komentar di bawah ini: