Wednesday, January 1, 2014

Catatan dari atas kereta (Brisbane Open 2014)

Hari pertama, tahun baru ini kami berkereta ke Yerongpilly menuju tennis court untuk menyaksikan pertandingan malam Brisbane Open. Tak disangka malam itu game pertama menghadirkan sang maestro tenis pujaan kami, Roger Federer dan di game kedua petenis tenar Victoria Azarenka dengan teriakan khasnya meramaikan arena.

Tetapi kali ini saya tidak bercerita tentang pertandingan tersebut melainkan pengalaman di atas kereta seusai menonton tennis. Di tengah desakan ratusan penonton yang antri menunggu kereta, kami beruntung langsung naik dan mendapat tempat duduk. Tak berapa lama seorang nenek berpindah duduk ke dekat seorang perempuan paruh baya di depan kursi kami. Di belakangnya duduk seorang kakek, anak perempuan remaja dan di dekatnya berdiri anak perempuan remaja yg lebih muda.

Entah bagaimana, tiba-tiba percakapan kedua perempuan remaja ini menarik untuk di dengarkan. Diantara bunyi gerbong kereta, keduanya berdiskusi mengenai pilihan kuliah bagi remaja perempuan yang lebih muda, selanjutnya saya sebut si adik.

Si adik menjelaskan jurusan pilihannya di bangku kuliah dan berencana transfer ke jurusan lain di tahun kedua. Si kakak (remaja yg lebih tua) mencecar dengan berbagai pertanyaan, mengapa? apa tujuannya? apa kamu suka kota tersebut? mengapa harus disana dsb. Si adik menjelaskan dari sudut pandangnya dan terkadang terlihat sedikit bingung dengan wajah polosnya. Sementara dua perempuan yang duduk di depan kami mendengarkan dengan seksama. Hingga, si kakak akhirnya menyimpulkan isi pembicaraan mereka ke si adik. "Pada dasarnya kamu sebaiknya memilih kuliah di jurusan A,B, dan C di kota X."ujarnya. Si adik terlihat kelabakan tetapi tetap mengatakan ia hanya ingin mengambil jurusan B di kota pilihannya. Tetapi si kakak tidak mau menerima, ia membeberkan pandangannya mengapa pilihan yang ia berikan adalah yang terbaik.

Si adik yang kelihatan lebih muda tampak manggut-manggut dan ragu, hingga akhirnya si nenek  menarik si adik ke arahnya dan memintanya mendekat. Lalu dengan tenangnya si nenek berkata,"Kamu tahu, dalam hidup ini, pilihan harus kamu ambil sendiri. Dengan mengambil pilihan sendiri, maka jika kamu sukses, kesuksesan itu karena kamu mengusahakannya dan jika kamu gagal tak ada orang lain yg bisa kamu salahkan. Tak ada seorangpun yang boleh memutuskan apa yang terbaik untukmu dan jangan takut gagal. Hanya dengan begitu kamu akan belajar dalam hidupmu. Jadi jangan ragu dan pilih apa yang kamu inginkan dan belajar dari keputusan yang kamu ambil." dia tersenyum sambil memeluk si adik yang pada akhirnya tersenyum.

Ah! Betapa leganya saya mendengar ucapan si nenek, terus terang saat yg sama saya juga berusaha memberi masukan pada ponakan tercinta yang akan kuliah tahun depan. Nenek yang bijak itu benar, seringkali kita yang merasa berpengalaman dalam hidup menasehati mereka yang baru akan mulai untuk tidak melakukan ini dan itu dan menghindari kesalahan yang mungkin pernah kita buat, padahal dalam hidup ini berani bertindak dan berani menanggung resikonya adalah pelajaran utama. Mengambil keputusan sendiri dan bukan karena ikut-ikutan justru membuat kita lebih dewasa dalam menjalani tantangan demi tantangan.

Ketika akan turun ingin rasanya saya mengatakan "well done pada si nenek dan betapa spesialnya keluarga itu memiliki seorang nenek yang bijaksana". Tapi tentu saja saya tidak mau terlihat menguping pembicaraan mereka, maka ketika melangkah keluar saya menundukkan kepala sedikit ketika kami sekilas bertatapan, tanda menaruh rasa hormat pada perempuan itu.